Neutron Yogyakarta

Tingkat Kunjungan di Pantai Glagah Stabil

Pedagang Berharap Kondisi Normal Terus Bertahan 
Tingkat Kunjungan di Pantai Glagah Stabil

KULONPROGO – Objek wisata (Obwis) Pantai Glagah di Kapanewon Temon, Kulonprogo menjadi salah satu destinasi wisata unggulan. Keberadaannya sangat mendukung para pelaku usaha kuliner yang banyak menjajakan makanan khas pantai setempat.
Salah satu pedagang di Pantai Glagah, Mugi Lestari, 32, warga Jombokan, Tawangsari, Pengasih mengatakan, kondisi Pantai Glagah sudah berangsur normal. Jumlah pengunjung selalu rampai khususnya disaat libur akhir pekan. Minggu (7/8), pengunjungnya ribuan. “Saya jualan kudapan khas, seperti undur-undur, ikan teri, kepiting, dan udang,” katanya, Minggu (7/8).
Dijelaskan, sebagai pedagang di masa pandemi Covid-19 yang sudah berlangsung dua tahun lebih membuat pendapatan minim. Puncak pandemi Covid-19 di tahun 2019 lalu bahkan sempat ditutup. Kemudian diberlakukan pembatasan-pembatasan. Sepi sekali pantai yang ada di selatan YIA ini. Tetapi sekarang sudah bisa dikatakan kembali normal. Pengunjungnya banyak dan dagangannya laku keras. Untuk undur-undur dijual Rp 100 ribu per kilogram. “Udang Rp 140 ribu per kilogram. Beli seperempat kilogram cukup Rp 25 ribu untuk undur-undur dan Rp 35 ribu untuk udang,” jelasnya.
Pedagang lain, Gunarti Miharyati mengungkapkan, sudah belasan bahkan puluhan tahun membuka usaha warung seafood di utara laguna Pantai Glagah. Warung Yu Gun dia menyebut belakangan ini juga selalu ramai pengunjung. Dia menjual seafood dengan berbagai jenis ikan segar tangkapan nelayan. Saat ini menurutnya pengunjung sudah ramai dan bisa dikatakan berangsur normal.”Saya berharap kondisi seperti ini bisa terus stabil,” ungkapnya.

Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Kulonprogo Joko Mursito menyatakan, Kulonprogo memiliki program Sambang Kulonprogo (Sambanggo) dan di tahun 2022 menyasar 10 destinasi wisata. Berbagai upaya dilakukan untuk mendongkrak sektor wisata yang menjadi pengungkit kegiatan ekonomi. Dia percaya ketika pariwisata jalan, maka sektor lainnya termasuk perdagangan, perindustrian dan UMKM akan mengikutinya. “Sehingga masyarakat bisa lebih berdaya,” katanya. (tom/din)

Lainnya

RADAR MAGELANG – Proyek pembangunan gedung Puskesmas Alian telah rampung dikerjakan. Infrastruktur layanan kesehatan ini dibangun atas manfaat dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBHCHT) senilai Rp 6,3 miliar. Kepala UPTD Puskesmas Alian Brantas Prayoga memastikan, seluruh layanan kesehatan akan lebih optimal pasca menempati gedung baru. Sebab lewat perbaikan ini standar layanan kesehatan di Puskesmas Alian setingkat lebih maju dari sebelumnya. Terpenting sudah tersedia layanan rawat inap dan rawat jalan. “Layanan kami UGD 24 jam. Di poli kami punya ruang pemeriksaan umum dan MTBS,” jelasnya, Selasa (26/12). Puskesmas yang berlokasi di Jalan Pemandian Krakal tersebut secara resmi membuka pelayanan perdana pada awal Desember lalu. Dari DBHCHT, Puskesmas Alian kini memiliki gedung dua lantai. Dengan fisik bangunan yang berdiri di atas lahan seluas 1.400 meter persegi. Berbagai pelayanan penunjang tambahan saat ini juga telah tersedia. Antara lain poli, pemeriksaan USG dan persalinan. Selain itu, pembangunan Puskesmas Alian juga didesain memiliki ruang tunggu lebih luas agar masyarakat nyaman. Brantas menyatakan, pihaknya akan berkomitmen untuk selalu menjaga mutu kualitas serta profesionalitas terhadap layanan kesehatan masyarakat. “Ada beberapa ruangan dan sudah sekarang beroperasi untuk pelayanan masyarakat,” ucapnya. Sementara itu, Kepala Bea Cukai Cilacap M Irwan menyebut, realisasi penerimaan negara dari objek cukai rokok di Kebumen terbilang cukup tinggi. Tepatnya mencapai Rp 300 miliar. Penerimaan ini tak luput karena banyaknya produsen rokok rumahan di Kebumen. “Penerimaan cukai justru dari Kebumen. Karena pabrik rokok cukup besar ada di Kebumen, sama klembak menyan itu heritage,” kata Irwan. M Irwan menjelaskan, sejauh ini berbagai upaya terus digencarkan agar penerimaan dari objek cukai rokok dan tembakau terus meningkat. Salah satunya melalui tindakan represif dengan melakukan operasi penertiban rokok ilegal. Kemudian, upaya preventif melalui pengawasan terhadap distribusi rokok ilegal. “Ada skema bagi hasil, buat sosialisasi dan patroli tim terpadu,” jelasnya. (fid/ila)