Neutron Yogyakarta

Kini Rp 5 Juta, sebelum Pandemi Bisa sampai Rp 10 Juta

Mengikuti Kirab Budaya di Jatiluhur, Sebar Uang Receh hingga Gunungan Hasil Bumi
Kini Rp 5 Juta, sebelum Pandemi Bisa sampai Rp 10 Juta

KEBUMEN – Tahun ini kirab budaya warga Kelurahan Jatiluhur, Karanganyar digelar secara sederhana. Meski begitu, tradisi sebar koin atau uang receh bernilai jutaan rupiah masih tetap dipertahankan.

Sejak siang ribuan warga memadati sepanjang jalan Jatiluhur-Puring, Kamis (11/8). Mereka menantikan prosesi berebut koin atau uang receh dari iring-iringan kirab budaya. Kegiatan ini rutin digelar setiap tiba bulan Muharram.

Tradisi kirab memang tak pernah luput dari perhatian warga. Apalagi sudah tiga tahun belakangan terhenti akibat larangan adanya pandemi. Wajar saja para kesempatan itu warga cukup antusias berebut uang receh pecahan Rp 500- Rp 1.000.

Pada tahun ini, koin yang disediakan terbilang sedikit, hanya berkisar Rp 5 juta. Sedangkan tahun-tahun sebelumnya bisa mencapai Rp 7 juta – Rp 10 juta. Kegiatan tersebut juga sekaligus sebagai rangkaian memperingati HUT kemerdekaan Republik Indonesia ke-77. “Bersyukur sekali ternyata masyarakat bisa tumpah ruah di pinggir jalan. Tradisi ini memang harus tetap kita lestarikan,” jelas tokoh masyarakat, Raden Suman Sri Husodo.

Kirab dimulai dari Kelurahan Jatiluhur, tepatnya depan padepokan pimpinan Raden Suman Sri Husodo. Kemudian menuju Alun-alun Karanganyar sebagai lokasi puncak berebut koin yang disebar. Di sana, warga tidak hanya berebut koin tapi gunungan hasil bumi.

Prosesi kirab melibatkan pasukan berkuda serta kelompok masyarakat yang menggunakan becak motor. Usai kirab, masih ada prosesi lain yaitu kenduri untuk makan bersama. Berlanjut malam hari, akan ada suguhan pertunjukan wayang kulit satu malam suntuk.

Sebar koin menjadi simbol wujud syukur atas rezeki diperoleh. Termasuk berebut gunungan yang berisi buah dan sayuran. Nilai guyub rukun serta membangun kedekatan antar masyarakat menjadi poin penting dalam prosesi kirab tersebut. “Harus disyukuri apa yang diperoleh selama ini. Tahun depan kita konsep supaya lebih meriah lagi,” sambung Mbah Suman.

Ramainya kegiatan tradisi ini tentu memiliki kesan tersendiri bagi warga. Tak terkecuali bagi Chori Joko Priyanto, 41, warga Desa Jatiluhur, Karanganyar. Ia mengaku rindu adanya gelaran kirab budaya setelah terhalang pandemi Covid-19. Kesempatan itu pun tidak disia-siakan untuk menyaksikan bersama keluarga. “Mbah Suman yang menginisiasi, ya walaupun tidak seperti tahun lalu mending sekarang tetap ada. Biasanya kan ada ketoprak, wayang orang sama kuda lumping,” terangnya. (pra)

Lainnya

RADAR MAGELANG – Proyek pembangunan gedung Puskesmas Alian telah rampung dikerjakan. Infrastruktur layanan kesehatan ini dibangun atas manfaat dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBHCHT) senilai Rp 6,3 miliar. Kepala UPTD Puskesmas Alian Brantas Prayoga memastikan, seluruh layanan kesehatan akan lebih optimal pasca menempati gedung baru. Sebab lewat perbaikan ini standar layanan kesehatan di Puskesmas Alian setingkat lebih maju dari sebelumnya. Terpenting sudah tersedia layanan rawat inap dan rawat jalan. “Layanan kami UGD 24 jam. Di poli kami punya ruang pemeriksaan umum dan MTBS,” jelasnya, Selasa (26/12). Puskesmas yang berlokasi di Jalan Pemandian Krakal tersebut secara resmi membuka pelayanan perdana pada awal Desember lalu. Dari DBHCHT, Puskesmas Alian kini memiliki gedung dua lantai. Dengan fisik bangunan yang berdiri di atas lahan seluas 1.400 meter persegi. Berbagai pelayanan penunjang tambahan saat ini juga telah tersedia. Antara lain poli, pemeriksaan USG dan persalinan. Selain itu, pembangunan Puskesmas Alian juga didesain memiliki ruang tunggu lebih luas agar masyarakat nyaman. Brantas menyatakan, pihaknya akan berkomitmen untuk selalu menjaga mutu kualitas serta profesionalitas terhadap layanan kesehatan masyarakat. “Ada beberapa ruangan dan sudah sekarang beroperasi untuk pelayanan masyarakat,” ucapnya. Sementara itu, Kepala Bea Cukai Cilacap M Irwan menyebut, realisasi penerimaan negara dari objek cukai rokok di Kebumen terbilang cukup tinggi. Tepatnya mencapai Rp 300 miliar. Penerimaan ini tak luput karena banyaknya produsen rokok rumahan di Kebumen. “Penerimaan cukai justru dari Kebumen. Karena pabrik rokok cukup besar ada di Kebumen, sama klembak menyan itu heritage,” kata Irwan. M Irwan menjelaskan, sejauh ini berbagai upaya terus digencarkan agar penerimaan dari objek cukai rokok dan tembakau terus meningkat. Salah satunya melalui tindakan represif dengan melakukan operasi penertiban rokok ilegal. Kemudian, upaya preventif melalui pengawasan terhadap distribusi rokok ilegal. “Ada skema bagi hasil, buat sosialisasi dan patroli tim terpadu,” jelasnya. (fid/ila)