Neutron Yogyakarta

Desa Grenggeng Konsisten Pertahankan Tradisi Menganyam, Warga Berdaya Lewat Produksi Anyaman Pandan

Desa Grenggeng Konsisten Pertahankan Tradisi Menganyam, Warga Berdaya Lewat Produksi Anyaman Pandan
TETAP BERTAHAN : Warga Desa Grenggeng, Kecamatan Karanganyar memproduksi anyaman pandan yang merupakan tradisi turun temurun.ISTIMEWA

RADAR MAGELANG – Kerajinan anyaman pandan merupakan salah satu potensi unggulan di Desa Grenggeng, Kecamatan Karanganyar, Kebumen. Selama ini, besar-kecil pendapatan warga ditopang dari hasil produksi anyaman pandan.

Desa Grenggeng dikenal masyarakat luar sebagai penggasil kerajinan anyaman pandan unggulan. Tanah subur penghasil tanaman pandan menjadi potensi tersendiri di Desa Grenggeng. Sudah sejak lama para warga berinisiatif mengolah tanaman pandan menjadi barang bernilai. Bahkan, hasil produksinya kini mulai dilirik pasar nasional.

Secara administratif, Desa Grenggeng masuk Kecamatan Karanganyar. Terletak sekitar 30 menit dari pusat Kota Kebumen. Desa ini berada paling ujung barat Kecamatan Karanganyar atau berbatasan langsung dengan Kecamatan Gombong. Desa ini merupakan salah satu sentra penghasil anyaman pandan berkualitas di Kebumen.

Baca Juga: Penerimaan Anggaran Polres Kebumen Menyusut

Kepala Desa Grenggeng Wri Listiawan mengatakan, menganyam pandan sudah cukup melekat bagi sebagian besar warga desanya. Aktivitas menganyam adalah sebuah tradisi yang sulit untuk dihilangkan. “Dari saya kecil ibaratnya sudah ada yang nganyam. Local wisdom yang sampai sekarang masih bertahan,” ungkapnya, Jumat (10/11).

Dari pemerintah desa, kata Eri, selalu memberi dukungan baik berupa anggaran maupun fasilitas lain. Dengan harapan agar para pengrajin dapat berkembang melalui berbagai inovasi. “Tetap kami support dengan cara kami. Dari anyaman pandan, warga lebih berdaya. Setidaknya bisa bantu dari sisi ekonomi keluarga,” jelasnya.

Salah satu perajin anyaman pandan Muzayanah, 52, mengaku terus melakukan inovasi bersama pengrajin lain agar hasil produksi anyaman pandan tetap diterima pangsa pasar. “Perkembangan produksi anyaman pandan sudah cukup pesat. Kami menjangkau di Pulau Jawa dan Bali. Ada sebagian ke Kalimantan,” kata.

Baca Juga: Mengenal Amar Brkic, Pemain Blasteran Berdarah Kebumen Perkuat Timnas: Orang Tua Tekankan Jiwa Nasionalisme

Ia menjelaskan, proses produksi anyaman pandan hingga barang siap jual terbilang cukup lama. Dimulai dari pemilihan tanaman pandan unggulan. Kemudian, pandan yang dipetik dari kebun warga masuk proses penghalusan secara manual. Berikutnya, baru proses menganyam dan pewarnaan. “Harus telaten betul. Makanya kebanyakan yang bisa itu perempuan,” ucap pengurus kelompok usaha produktif (KUP) Margo Rahayu, Desa Grenggeng itu.

Dia menyebut, beberapa hasil kerajinan anyaman pandan khas Desa Grenggeng di antaranya tas, dompet, topi, tempat tisu, perkakas rumah tangga dan interior rumah. Harga yang ditawarkan pun bervariatif, mulai dari puluhan ribu hingga ratusan ribu. “Yang dilirik itu produk jahit sendiri, bukan mesin. Jadi pakai tangan manual. Benar-benar handmade. Harganya lumayan mahal,” pungkasnya. (fid/pra)

Lainnya